Menembus Blokade: Armada Kemanusiaan Sumud Flotilla Bersiap Menuju Gaza

DARI laut biru Tunisia, suara harapan menggema. Sebuah konvoi kemanusiaan, terdiri dari puluhan kapal dan ratusan aktivis dari berbagai negara, bersiap menembus blokade menuju Gaza. Namun, misi mulia itu tak lepas dari ancaman yang nyata

Suasana pelabuhan di Tunisia seharusnya menjadi saksi awal keberangkatan Global Sumud Flotilla (GSF), armada kemanusiaan internasional yang membawa harapan bagi rakyat Palestina. Namun, pada Kamis (4/9/2025), jadwal keberangkatan itu harus ditunda. Koordinator Indonesia untuk Global Peace Convoy (IGPC), Muhammad Husein, mengonfirmasi bahwa pelayaran yang awalnya direncanakan hari itu diundur menjadi Ahad (7/9/2025).

Di balik penundaan ini, ketegangan tetap terasa. Sebanyak 20 kapal telah lebih dulu bertolak dari Barcelona, Spanyol, pekan lalu, membawa sekitar 300 aktivis dari berbagai penjuru dunia. Di antara mereka terdapat tokoh-tokoh dunia seperti aktivis iklim asal Swedia Greta Thunberg, aktor Irlandia Liam Cunningham, aktor Spanyol Eduardo Fernandez, hingga mantan Wali Kota Barcelona, Ada Colau. Mereka datang bukan dengan senjata, tetapi berbekal komitmen dan tekad untuk membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang terkepung.

Armada ini akan bergabung dengan lebih banyak kapal lagi di perairan Tunisia. Total, diperkirakan akan ada sekitar 70 kapal yang akan menantang blokade Israel, membawa ribuan aktivis dan bantuan kemanusiaan berupa makanan, air bersih, serta pasokan medis yang sangat dibutuhkan masyarakat Gaza.

Namun, misi ini tidak berjalan tanpa rintangan.

Menteri Keamanan Nasional Israel yang dikenal radikal, Itamar Ben Gvir, mengeluarkan pernyataan keras. Ia mengancam akan menyita kapal-kapal peserta flotilla dan secara sepihak menyebut para aktivis kemanusiaan itu sebagai “teroris.” Ancaman ini langsung memicu kecaman dari berbagai pihak, termasuk dari GSF sendiri.

Dalam pernyataan resminya yang dikutip dari kantor berita Anadolu, Global Sumud Flotilla menegaskan bahwa mereka tidak akan mundur oleh intimidasi.

“Misi kami bersifat kemanusiaan, sah, dan tak terhentikan. Untuk itu, Global Sumud Flotilla mengecam keras ancaman yang disampaikan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir dalam upaya mengintimidasi peserta dan secara keliru mengecap mereka sebagai teroris.”

GSF menilai pernyataan Ben Gvir merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum humaniter internasional dan Konvensi Jenewa. Bagi mereka, upaya intimidasi itu hanyalah bagian dari strategi kekerasan sistemik yang telah lama digunakan terhadap rakyat Palestina—sebuah taktik yang juga menyasar jurnalis, petugas medis, dan para aktivis internasional.

“Upaya terbaru untuk mengintimidasi koalisi kami ini merupakan kelanjutan dari strategi kekerasan serupa yang digunakan terhadap warga sipil Palestina, jurnalis, petugas medis, dan aktivis internasional yang berani menentang apartheid dan genosida,” tulis GSF dalam pernyataan lanjutan.

Bukan Sekadar Pelayaran

Konvoi ini bukan hanya soal kapal dan aktivis. Ini adalah simbol perlawanan tanpa kekerasan. Sebuah pernyataan bahwa dunia belum benar-benar bungkam atas penderitaan Gaza. Di tengah pengepungan yang telah berlangsung bertahun-tahun, rakyat Palestina kini menghadapi kondisi paling kelam: kelaparan, krisis kesehatan, dan penghancuran infrastruktur dasar.

GSF menjelaskan bahwa misi mereka adalah untuk menyampaikan bantuan kemanusiaan yang sangat mendesak. Mereka membawa makanan, air, dan obat-obatan ke wilayah yang sedang dilanda genosida dan krisis kemanusiaan akibat blokade ilegal.

“Pelayaran ini adalah seruan untuk keadilan. Kami membawa harapan dan kehidupan bagi mereka yang terus dipaksa bertahan di bawah pengepungan.”

Global Sumud Flotilla menyerukan kepada komunitas internasional, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), dan pemerintah di seluruh dunia untuk tidak tinggal diam. Mereka mendesak agar seluruh pihak menjamin keselamatan pelayaran dan memastikan misi kemanusiaan ini tidak menjadi korban dari agresi militer.

Ketika peluru dan pagar pembatas menjadi simbol kekuasaan, kapal-kapal kecil ini justru membawa pesan: kemanusiaan tidak bisa dibungkam. Dan harapan, selalu menemukan jalannya—meski harus menembus laut yang dijaga senjata.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *